Perkembangan masyarakat global dewasa ini sedang mengalami perubahan yang sangat signifikan dari masyarakat industri yang berbasis pada baja, kendaraan dan jalan raya ke arah masyarakat baru yang dibentuk oleh silicon, komputer dan jaringan internet (networking). Perkembangan tersebut akhirnya menciptakan sebuah “ruang baru” yang disebut cyberspace. Ruang baru tersebut telah mengalihkan berbagai aktivitas manusia mulai dari politik, sosial, ekonomi, kultural, ekonomi, spiritual hingga seksual di “dunia nyata” ke “dunia maya”. Kondisi tersebut juga berdampak pada pekerjaan dan cara kita bekerja juga berubah, banyak lapangan pekerjaan hilang, sementara berbagai jenis pekerjaan baru bermunculan.

Selain itu, tantangan yang dihadapi di era yang serba digital ini adalah pertama, berkembangnya kecerdasan buatan/robot (artificial intelligence) memungkinkan semua orang dapat mempelajari hal-hal baru dengan cepat sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dan juga mereduksi kebutuhan tenaga manusia. Kedua, hadirnya masyarakat internet (internet society) telah membentuk inter konektivitas masyarakat global sehingga menghasilkan “Dunia Maya Baru” yang tercerabut dari “Dunia Nyata”. Ketiga, lahirnya generasi milenial yang memiliki kekuatan informasi tanpa batas  dan ditopang oleh inter konektivitas global melalui jaringan internet. Keempat, kemajuan teknologi dan hadirnya kecerdasan buatan mengakibatkan jutaan lulusan perguruan tinggi terancam kehilangan pekerjaan dan/atau tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali.

Berdasarkan data dari Depnaker (2022), persentase pengangguran terdidik tingkat Perguruan Tinggi di Indonesia sebesar 13,33% terhadap total pengangguran atau sejumlah 1.120.128 orang, dengan rincian 235.359 orang dari jumlah tersebut merupakan lulusan Perguruan Tinggi Vokasi dan 884.769 orang merupakan lulusan Perguruan Tinggi Akademik. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2022 adalah tidak/belum pernah sekolah/belum tamat & tamat SD sebesar 3,59 %, SMP sebesar 5,95 %, SMA sebesar 8,47 %, SMK sebesar 9,42 %, D1/D2/D3 sebesar 4,59%, dan lulusan universitas sebesar 4,80 %. Angka-angka persentase pengangguran tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pengangguran terdidik dan/atau tingkat pengangguran lulusan universitas masih terbilang tinggi.

Tingginya tingkat pengangguran terdidik tersebut di atas, disebabkan oleh banyaknya tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa setelah lulus, misalnya mahasiswa ketika tidak memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi dalam bekerja (rendahnya employability rate), tidak seimbangnya antara lapangan pekerjaan dibanding dengan jumlah lulusan Perguruan Tinggi, dan lapangan pekerjaan umumnya hanya terpusat di kota-kota besar dan di daerah-daerah tertentu di Pulau Jawa. Selain itu, kekuatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan teknologi yang semakin meningkat dapat pula mengambil alih pekerjaan manusia. Untuk dapat mengatasi hal tersebut perlu adanya dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan employability rate pada mahasiswa dan dorongan untuk membuka lapangan usaha secara mandiri. Selain itu, bagi perguruan tinggi yang abai dan tidak melakukan tindakan preventif dalam menghadapi perkembangan ini maka akan mengalami ketertinggalan, terdistorsi, dan akan  mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan teknologi.

Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting pada bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian sudah seyogyanya harus mampu beradaptasi dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat global. Universitas Pendidikan Ganesha sadar akan pentingnya wirausaha untuk menciptakan generasi yang siap dalam membuka lapangan pekerjaan. Adanya kolaborasi dengan seluruh elemen kampus yang menjadi sebuah komitmen awal bagi Universitas Pendidikan Ganesha untuk terus mengembangkan kegiatan kewirausahaan mahasiswa. Salah satu langkah awalnya adalah dengan mewajibkan seluruh mahasiswa untuk lulus mata kuliah Kewirausahaan, yang menjadi stimulus awal dalam merangsang jiwa wirausaha mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa, dimana mahasiswa saat ini, yang akan menjadi calon-calon pemimpin yang akan membawa Indonesia pada masa kejayaan di 2045. Maka dari itu, kami merasa terhormat untuk dapat dipilih sebagai penyelenggara kegiatan Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XIV Tahun 2023 dengan mengangkat tema “Entrepreneurs in disruption era: adaptation, innovation and collaboration”.

Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XIV Tahun 2023 mempunyai target terwujudnya ekosistem kewirausahaan di Perguruan Tinggi dan menyediakan wadah untuk memfasilitasi  mahasiswa wirausaha Indonesia ini, serta merupakan bagian rangkaian kegiatan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2023. Tujuan diadakannya kegiatan ini, supaya mahasiswa Wirausaha Indonesia dapat terhubung satu sama lain, dan menjadi wadah komunikasi, silaturahmi, dan edukasi sesama untuk wirausaha Indonesia yang lebih maju. Buku panduan ini dapat menjadi acuan bagi peserta Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XIV Tahun 2023.

Saya menyampaikan apresiasi, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun buku panduan Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia Expo (KMI Expo) yang telah bekerja keras dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi untuk mewujudkannya. Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa, dosen, panitia pelaksana, serta stakeholders lainnya yang berkepentingan dengan program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia Expo (KMI Expo). Terakhir, besar harapan kami dengan adanya kegiatan KMI Expo mahasiswa menjadi lebih termotivasi untuk mengembangkan wirausaha dengan dukungan perguruan tinggi, sehingga ketika mahasiswa lulus, bukan hanya siap mencari kerja, namun siap membuka lapangan pekerjaan dan menjadi SDM unggul pada generasinya.

Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd
Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali